Minggu, 18 Desember 2016

REVIEW FILM " The New Rules of The World"



Film The New Rules of The World yang diterbitkan tahun 2002 merupakan karya seorang jurnalis terkemuka dunia berkebangsaan Australia yng bekerja di Inggris bernama John Pilger. Dalam film tersebut John Pilger beserta kru-kru nya bersaha mengungkapsisi sebenarnya Globalisasi.
Globalisasi yang terjadi sebenarnya saat ini adalah Sekelompok kecil orang-orang yang berkuasa ternyata lebih kaya dibandingkan dengan keseluruhan jumlah penduduk dibenua afrika. Hanya dengan 200 perusahaan, seperempat kegiatan ekonomi dunia sudah dapat dikuasai.
Film ini menceritakan penguasa baru dunia, khusus sebuah negara “Indonesia” , Indonesia adalah sebuah negara dimana imperialisme yang baru, sebuah negara yang kaya dengan sumber daya alam yang melimpah, seperti Tembaga dan emas, minyak, kayu, keahlian dan SDM nya. Indonesia pernah dijajah oleh Belanda di abad-16, Kekayaan alam Indonesia dirampas oleh Barat selama beratus-ratus tahun lamanya.
Seorang Environmentalis bernama George Monbiot, Mengatakan Menurut para penganutnya hanya Globalisasi yang mampu menyatukan manusia dari segala ras diseluruh negara dan (Menurut mereka) ia dapat mengurangi kemiskinan, Globalisasi dapat menciptakan kekayaan secara merata. Apa yang sesungguhnya terjadi didepan mata kita adalah justru yang terjadi adalah sebaliknya, yang miskin semakin miskin, Sementara yang kaya menjadi luar biasa kaya.
Di Indonesia, 70 juta orang hidup dalam kondisi teramat miskin. Terdapat kenyataan buruk yang tersembunyi, Sisi dari “Keberhasilan ekonomi” yang tidak diberitakan, seperti tempat tinggal para buruh yang memproduksi merek-merek terkenal yang biasa kita beli dipusat-pusat perbelanjaan. Kehidupan seperti inilah yang harus dijalani demi Sepatu bermerek, Pakaian bagus, dan Celana jeans dengan label “Made In Indonesia”.
Keadaan disini Indonesia tidaklah berbeda dengan keadaan tempat tinggal para pekerja dibelahan dunia (Di Asia, Afrika, Amerika Latin, dimana merek-merek terkenal diproduksi dengan murah, demi keuntungan pasar-pasar di Barat).
Pabrik-pabrik yang tampak modern tapi didalamnya kita akan melihat tampak wajah-wajah mereka (Buruh-buruh) yang kelelahan, Pabrik-pabrik tersebut milik Taiwan dan Korea yang memperkerjakan buruh murah untuk mempoduksi merek terkenal seperti “Nike, Raebok dan Adidas, terlihat sebuah merek terkenal yaitu GAP. Di pabrik tersebut terdapat lebih dari 1000 orang kebanyakan perempuan muda, yang bekerja dalam keadaan penuh sesak dibawah lampu neon bersuhu 40 Derajat Celcius, satu-satunya ruangan ber-AC berada dilantai atas untuk para BOS. Jam kerja para Buruh pun bervariasi dan malah tambah bertambah drastis saat ada pesanan mendadak untuk ekspor.
Salah satu pabrik yang membuat Celana petinju yang dijual di London dengan seharga Rp.112.000, dan dari harga Rp.112.000, seorang buruh Indonesia hanya memperoleh Rp.1500, persis seperti Sepatu Olahrga  yang harganya dijual Rp.1.400.000, dan dari harga Rp.1400.000, seorang buruh Indonesia hanya memperoleh Rp.5000. Mereka para buruh pun terkejut saat mengetahui ternyata dalam satu celana ini dapat menguntungkan perusahaan begitu banyak, apalagi Ribuan celana, Dalam sehari Mereka para buruh harus menghasilkan Minimal 3000 Celana.
Barry Coantes dari Gerakan Pembangunan Dunia mengatakan Hal yang dapat kita lakukan untuk memperbaiki kondisi masyarakat negara dunia ketiga adalah Pada saat kita berbelanja, tanyalah tokonya “Dibuat dimanakah produk itu?”, “Kondisi kerjanya bagaimana?”, Tulislah surat ke perusahaan dan katakan jika anda ingin kepastian bahwa produk itu berhasil dari pabrik yang memperlakukan para buruhnyag hak buruh membentuk organisasi. Inilah cara yang paling sederhana yaitu bersikap sebagai konsumen yang terinformasi.
Globalisasi diasia memiliki sejarah gelap, Pabrik, Bank-bank besar dan hotel mewah di Indonesia dibangun berkat pembunuhan massal 1 juta manusia, Peristiwa yang lebih suka dilupakan oleh Barat, yang sampai saat ini fakta tragedi itu masih tetap gelap. Setahun setelah peristiwa berdarah itu perekonomian Indonesia dibentuk menurut model Amerika guna mempermudah Barat menguasai sumber media massa Amerika tidak memberitakan tragedi itu sebagai Kejahatan kemanusiaan, tapi demi keuntungan ekonomi barat.  
Departemen Amerika Serikat dikuasai Bank Dunia dan IMF, Dua lembaga ini adalah agen-agen negara-negara terkaya dimuka bumi ini khususnya Amerika Serikat. IMF dan Bank Dunia dibentuk menjelang akhir PD II, untuk membangun kembali perekonomian Eropa, kemudian dua lembaga itu mulai meminjami uang untuk negara miskin, dengan syarat dibiarkan memasuki ekonomi negara tersebut dan perusahaan barat dibolehkan mengolah bahan mentah dan pasar dinegara tersebut.
Seorang penulis “A Fate Worse Than Dept” bernama Dr. Susan George Menjelaskan perbedaan antara Tanzania dan Goldman Sachs, Tanzania adalah sebuah negara yang memiliki tingkat pendapatan nasional sebesar $2,2 Milyar dengan jumlah penduduk 25 juta manusia, dan Goldman Sachs adalah perusahaan penanaman modal yang keuntungannya $2.2 Milyar per tahun dengan rekan bisnis bejrumlah 161, itulah dunia yang kita diami satt ini.
Bank Dunia mengatakan bahwa tujuannya adalah membantu masyarakat miskin dengan mempromosikan “Pembangunan Global”, dengan sistem yang sebenarnya sederhana yaitu “sebuah bentuk Sosialisme bagi si kaya dan Kapitalisme bagi si miskin”. Kaum kaya menjadi luar biasa kaya dari hutang buruh murah dan menghindari pajak, sementara kaum miskin semakin miskin karena pekerjaan dan layanan publik dicabut untuk membayar bunga pinjaman pemerintah kepada Bank Dunia.
Di indonesia yang rakyatnya miskin karena korupsi pejabat kaya sudah terlalu parah. Dokumen internal Bank Dunia membenarkan bahwa sepertiga pinjaman Bank untuk Diktator Soeharto masuk ke kantong kroni dan pejabat korup-nya, Totalnya Rp.80 Trilyun.
Globalisasi berarti odal uang besar yang dapat dipindahkan kemana dan dan kapan saja dengan aman. Tahun 1998, Modal jangka pendek tiba-tiba berpindah keasia dan hanya dala semalam mampu melumpuhkan Ekonomi Asia.
Seiring dengan Krisis Ekonomi, Indonesia nyaris terjadi Revolusi, Soeharto dipaksa mundur setelah puluhan tahun berhasil mencuri uang Rp.150 Trilyun, Setelah lebih dari 30 Tahun Berkuasa, Soeharto membagikan hasil rampasannya untuk keluarga dan kroninya semua jaringan kekuasaan nasional dimiliki mereka, Mulai dari stasiun televisi hingga monopoli angkutan taxi. Bermobil dan bandara Jakarta kita bahkan harus membayar bea jalan tol kepada anak perempuan Soeharto.
Bank digambarkan sebagai agen pembangunan ekonomi yang memfokuskan diri pada pengurangan kemiskinan, sebenarnya Bank yang beroperasi selama perang dingin adalah sebuah lembaga yang mengumpulkan penghasilan rakyat kepada rejim otoriter di negara dunia ketiga yang mendukung Barat dalam perang dingin.
Suatu ironi jika Barat yang selama perang dingin mengklaim memperjuangkan Demokrasi dan membela kebebasan, namun kenyataannya menyokong kediktatoran seperti di Indonesia dan juga diseluruh didunia.
Setiap hari lebih 1 Trilyun Rupiah disetor negara miskin diseluruh dunia ke negara kaya dalam bentuk pembayaran hutang. Keluarga miskin yang harus melunasi hutang besar Indonesia. Baru-baru ini syarat diberikan pinjaman IMF untuk pemerintah adalah pemotongan subsidi minyak, bahan makanan dan listrik.
Seorang Wakil Direktur IMF bernama Stanley Fischer Mengatakan Cara mengurangi kemiskinan bukanlah penghapusan hutang, tetapi kebijakan pemerintahnya sendiri, apakah mereka memberikan pendidikan kepada orang miskin?, apakah kesehatan mereka diperhatikan?, dan kebijakan ekonomi macam apa yang pemerintah coba terapkan?, Apakah pemerintah mengikuti ekonomi dunia atau malah ekonomi korup?, Hal-hal pokok seperti itulah yang menujukan seberapa baikkah negara tersebut. Itulah jawaban terhadap faktor penentu yang bisa menghilangkan kemiskinan. Penghapusan hutang adalah suatu cara agar negara miskin punya pendapatan. Namun yang ingin coba dilihat adalah aliran modal besar kepada negara miskin dan melihat pasar investor terbuka lebar. Hal itulah yang dapat menghilangkan kemiskinan. Pandangan bahwa penghapusan hutang adalah satu-satunya cara yang dapat menghilangkan kemiskinan adalah keliru. Investasi lah yang jusru membantu pemerintah meningkatkan Ekonomi terbuka.
Seorang Environmentalis bernama Dr.Vandana Shiva Mengatakan “Rakyat sudah mengetahui bahwa perusahaan dan para adikuasa makin gencar melakukan propaganda yang tidak benar. Sekarang ini rakyat dapat melihatnya dengan jelas, Rakyat tidak percaya lagi dengan janji-janji dan rakyat mulai tidak simpati. Dan rakyat mulai menyerukan bahwa pemerintahan yang hanya melindungi Pepsi,Coke, dan McDonald bukanlah Pemerintahan untuk rakyat”.