Perancis akan menggelar Pemilihan
umum tahun ini yang akan memilih Presiden untuk masa jabatan lima tahun
kedepan. Pemilihan umum Presiden Perancis akan digelar pada hari Minggu tanggal
23 April, jika tidak ada kandidat yang menang mutlak maka akan digelar
pemilihan putaran kedua pada 7 Mei 2017. Adapun pemilihan umum Presiden
Perancis tahun ini di ikuti oleh 5 kandidat dimana untuk pertama kalinya pada
masa Republik Perancis Kelima, presiden petahana tidak maju kembali setelah
menyelesaikan masa jabatan pertamanya. Presiden saat ini, François Hollande
dari Partai Sosialis menyatakan bahwa ia tidak akan maju lagi sebagai calon
presiden.
Berikut Calon Presiden Perancis 2017
Ada lima kandidat calon Presiden Perancis tahun ini ,
berikut uraian singkatnya:
- Benoit Hamon
Benoît Hamon (50th) adalah seorang politikus anggota
Partai Sosialis Perancis dan Partai Sosialis Eropa. Ia menjadi calon presiden
dari Partai Sosialis dalam pemilihan umum Presiden Perancis 2017 setelah
mengalahkan Manuel Valls pada ronde kedua pemilihan calon presiden Partai
Sosialis Perancis 2017 pada tanggal 29 Januari 2017.
Hamon adalah anggota Parlemen Eropa untuk wilayah
Perancis Timur dari tahun 2004 hingga 2009. Ia juga merupakan pemimpin sayap
kiri Partai Sosialis selama Kongres Reims 2008. Pada Mei 2012, ia diangkat
sebagai Menteri Junior untuk Ekonomi Sosial dalam Kementerian Ekonomi, Keuangan
dan Perdagangan Luar Negeri oleh Presiden François Hollande dan menjabat selama
dua tahun. Ia juga diangkat sebagai Menteri Pendidikan Nasional dari April 2014
hingga Agustus 2014, ketika ia mengundurkan diri karena merasa bahwa Presiden
Hollande tidak lagi menjalankan agenda sosialis.
- Francois Fillon
Nama lengkapnya François Charles Armand Fillon (63 th)
adalah Perdana Menteri Perancis tahun 2007-2012. Dia mulai menjabat sejak 17
Mei 2007 saat Perancis membuat kabinet baru setelah Nicolas Sarkozy terpilih
sebagai presiden. Fillon turun dari jabatan perdana menteri setelah Sarkozy
dikalahkan oleh François Hollande dalam pemilihan presiden Perancis tahun 2012.
Fillon menjadi calon Presiden Perancis dari Partai Les
Republicains
- Marine Le Pen
Marine Le Pen (48th) adalah putri bungsu dari Jean
Marie le Pen yang adalah pimpinan partai Front Nasional (FN). Marine Le Pen
adalah anggota Parlemen Eropa sejak 2004 dan saat ini menjabat sebagai Ketua
Partai Barisan Nasional atau sayap kanan.
Le Pen saat ini menjadi calon Presiden yang
kontroversial karena mengkampanyekan untuk membawa Perancis keluar dari Uni
Eropa jika terpilih sebagai Presiden. Para pelaku pasar banyak yang
menyangsikan jika Le Pen terpilih pada pemilu Presiden karena akan memberikan
ketidakstabilan politik dan ekonomi dikawasan Eropa bersatu.
- Emmanuel Macron
Sebagai calon Presiden dengan usia termuda (40th),
Emmanuel Macron saat ini menjabat sebagai Menteri Ekonomi, Pembaruan Industri
dan Teknologi Informasi. Maju pada pemilu Presiden dari Partai En Marche yang
merupakan salah satu favorit pada pemilu ini.
- Jean-Luc Mélenchon
Melenchon (66th) pernah maju pada pemilu Presiden 2012
dan meraih suara terbanyak keempat. Pada tahun ini ia kembali menjadi calon
presiden dan untuk itu mendirikan pergerakan “La France insoumise” pada
Februari 2016 yang berada “di luar kerangka partai-partai politik”.
Dari kelima calon tersebut Marine Le
Pen dan Emmanuel Macron dijagokan menjadi calon terkuat berdasarkan hasil
survey terbaru. Marine Le Pen dijagokan bakal memenangi putaran pertama
berdasarkan survei akhir Februari 2017. Namun pada survei terakhir, hasilnya
Macron yang akan memenangkan pemilihan umum putaran kedua.Ketatnya persaingan
antara keduanya membuat pemilu Prancis menjadi sulit diprediksi. Para pelaku
pasar dan investor cenderung cemas jika Le Pen unggul karena ia membawa
semangat anti-imigran dan isu Frexit (France Exit) jika terpilih sebagai Presiden
Perancis.
Mata
uang euro masih berada dalam tekanan sampai menunggu hasil pemilu Perancis.
EURUSD akan semakin terjun jika hasil pemilu putaran pertama akhir April
dimenangkan oleh Marine Le Pen. Saat ini EURUSD ada dilevel $1.06240 [1]
Seperti telah diprediksi sebelumnya,
Emanuel Macron akhirnya memenangi Pilpres Perancis putaran kedua, Minggu
(7/5/2017) waktu setempat. Proyeksi hasil penghitungan suara memperlihatkan
Macron, politisi tengah pro-Eropa, itu meraih sekitar 65 persen suara. Ia menyingkirkan
saingan satu-satunya, kandidat dari kubu kanan jauh, Marine Le Pen, yang meraih
kurang dari 35 persen suara. Dalam pidato kemenangan, Macron mengatakan halaman
baru tengah dimulai dalam sejarah Perancis.
"Saya ingin ini menjadi halaman tentang harapan
dan rasa saling percaya," katanya.
Di usia 39 tahun, Macron akan menjadi Presiden
Perancis termuda dalam sejarah.
Dalam Pilpres Perancis kali ini,
untuk pertama kalinya sejak Perang Dunia II, presiden terpilih bukan berasal
dari dua partai arus utama, Sosialis dan Republik yang berhaluan kanan tengah. Macron
sendiri sebenarnya bukan wajah yang sama sekali baru di panggung politik
Perancis. Ia pernah menjadi menteri ekonomi Presiden Francois Hollande,
politisi Partai Sosialis. Fakta ini, menurut pengamat politik Francois Raillon,
bermakna bahwa Macron juga adalah bagian dari kelompok mapan (establishment).
Pada April 2016, Macron mendirikan En Marche! gerakan berhaluan tengah
yang ia gunakan sebagai kendaraan politik di pemilihan presiden. Menurut laporan
BBC, bisa saja Macron maju di pilpres dengan tiket dari Partai Sosialis, namun
ia sadar betul bahwa dengan popularitas partai yang menurun, ia perlu kendaraan
lain yang segar, yang bisa dirasakan secara langsung oleh rakyat.
Di Eropa,
ini bukan gejala baru. Ada gerakan serupa yang telah dibentuk sebelumnya di
Italia dan Spanyol. Dan beberapa bulan setelah mendirikan En Marche!,
Macron menyatakan mundur dari Partai Sosialis.
Mirip
"gerakan Obama" Gerakan ini pada saat yang sama memungkinan Macron
untuk memposisikan diri sebagai tokoh yang dekat dengan akar rumput, mirip
dengan apa yang dilakukan Barack Obama ketika terjun di Pilpres AS pada 2008,
kata seorang wartawan di Paris, Emily Schultheis. Model pendekatan ini antara
lain memanfaatkan kerja relawan di lapangan. Di sisi lain, keberhasilannya
menang di pilpres, kata Raillon, tak lepas dari apa yang ia sebut sebagai
“keinginan sebagian besar rakyat untuk membersihkan ruang politik dari
tokoh-tokoh lama, yang tua, dan tradisional”.
"Macron bukan 100 persen orang
baru, tapi di usia yang masih sangat muda, 39 tahun, ia dianggap sebagai tokoh
yang menyegarkan dibandingkan semua politisi lain (yang ikut serta dalam
pilpre)," kata Raillon kepada BBC Indonesia.
Di kalangan pemilih ia dianggap
sebagai figur yang paling bisa diterima, sementara yang lain ditolak termasuk
Marine Le Pen, anak perempuan politisi kanan jauh, Jean-Marie Le Pen. Raillon
mengatakan di pundak Macron ditumpukan harapan besar agar di Perancis dilakukan
perbaikan di berbagai bidang, perbedaan di kalangan rakyat disatukan lagi dan
ada dinamika baru di bidang ekonomi. Kemenangan Macron disambut hangat, tak
hanya di dalam tapi juga di luar negeri. [2]
Sistem Politik Prancis biasanya juga disebut dengan istilah
Republik Kelima. Prancis mengenal pemerintahan republik pertama hingga
pemerintahan republik kelima. Kondisi ini hampir sama dengan sistem politik
Indonsia yang terdiri dari orde lama dan orde baru. Sistem Politik di Prancis sekarang adalah Republik Kesatuan dengan
sistem pemerintahan semi presidensial. Badan Legislatif Prancis terbagi
menajadi 2 kamar (bicameral) yaitu Assemble Nationale dan Senat. Sistem
pemerintahan di Prancis dijalankan oleh kabinet yang anggotanya terdiri dari
dewan-dewan menteri berada dibawah kepemimpinan Perdana Menteri. Sedangkan
Presiden bersama dengan Sidang Nasional dan Senat akan mengangkat Dewan
Konstitusi. Tugas utama Dewan Konstitusi adalah mengawasi
ketertiban dalam proses pemilihan presiden dan parlemen serta mengawasi
pelaksanaan referendum Sistem Politik
Prancis yang pemerintahannya adalah republik kelima (1958) posisi
presiden sangatlah kuat karena Presideng mengangkat Perdana Menteri dan dapat
membubarkan parlemen. [3]
Bentuk
Negara Perancis adalah Kesatuan, Bentuk Pemerintahannya adalah Republik, Sistem
Kabinetnya Ministrial, Bentuk Legislatifnya Bicameral(2 kamar), Kepala Negaranya Presiden,
Kepala Pemerintahan Perancis Presiden dibantu oleh Perdana Menteri.
Sistem Pemerintahan, Republik
Perancis atau yang memiliki nama The Fifth Republic memiliki bentuk dual
pemerintahan yakni gabungan sistem parlementer dengan sistem presidensiil. Baik
Perdana Menteri maupun Presiden sama sama memiliki peran aktif dalam
menjalankan roda pemerintahan. Model pemerintahan ini berbeda dengan model
parlementer umumnya dimana jabatan Presiden dipilih melalui pemilu disamping
juga berbeda dengan model pemerintahan presidensil umumnya. Institusi-institusi
yang ada saat ini adalah bentukan konstitusi Republik Kelima yang merupakan
hasil referendum nasional di tahun 1958. Konstitusi ini secara signifikan
memperkuat kekuatan kewenangan yang dipegang oleh Eksekutif (Pemerintah dan
Presiden) dan di satu sisi juga membatasi atau mengurangi kewenangan yang
dimiliki oleh lembaga legislatif. [4]
Budaya politik Perancis
sendiri dekat dengan prinsip sekularisme dan nasionalisme yang berkembang di
Perancis, bahwa rakyat Perancis sangat mengagumi sejarah bangsanya di Eropa.
Namun, di lain sisi nasionalisme di Perancis tidak ditunjukkan dengan perayaan
seperti di Indonesia, hal ini dikarenakan sejarah dan rasa trauma rakyat Eropa
akan kemunculan nasionalisme yang seringkali menyebabkan perang di zaman dahulu
(Guttinger, 2011). Perancis juga memiliki kedekatan dengan badan regional EU.
Perancis merupakan salah satu pendiri dan pencetus terbentuknya EU bersama
dengan Italia dan beberapa negara Eropa lainnya. [5]
Kemenangan Emmanuel Macron dalam
pilpres Prancis yang baru saja usai, disambut positif oleh dunia. Dilansir
The Guardian, Senin, 8 Mei 2017, Perdana Menteri Inggris Theresa May merupakan
kepala negara pertama yang menyampaikan selamat kepada Macron. Kemudian disusul
pemimpin Eropa lainnya, termasuk Presiden Prancis Francois Hollande. Begitu
juga dengan pemimpin non-Eropa, seperti Presiden AS Donald Trump, PM Jepang
Shinzo Abe, Presiden Tiongkok, menyampaikan selamat kepada presiden termuda
Prancis tersebut. Sejumlah tokoh dunia seperti Hillary Clinton dan Barack
Obama juga menyampaikan ucapan selamat kepada presiden terpilih Prancis. Aura
positif terhadap kemenangan Macron juga terpancar pada kegiatan pasar modal
dunia. Hal ini bsa dilihat dari stabilnya indeks saham di Eropa, bahkan
meningkat sedikit. Jika Marine Le Pen menang, maka ada kemungkinan pasar
dunia akan melesu. Pasalnya, Le Pen anti Uni Eropa dan
anti-globalisasi. Tak heran hampir seluruh dunia menyambut kemenangan
Macron dengan positif lantaran ini menyelamatkan Uni Eropa dari
perpecahan. Jika Prancis keluar gara-gara Le Pen menang, maka ini akan
menjadi perceraian kedua UE dengan negara Eropa. Sebelumnya Inggris memutuskan
keluar dari persekutuan tersebut. Bagaimanapun kemenangan Macron merupakan hal
yang sangat diharapkan masyarakat. [6]
Emmanuel Macron terpilih sebagai
Presiden Prancis penerus Francois Hollande berdasarkan hasil pemilihan umum, membuat
masyarakat Uni Eropa (UE) bisa bernapas lega atas visi integrasi Eropa, jika
dibandingkan dengan Marine Le Pen, saingannya seorang ultranasionalis anti-UE. Kemenangan
tokoh berhaluan tengah tersebut juga membuat sejumlah negara Eropa lain
bernapas lega lantaran sempat khawatir atas kebangkitan kelompok populis gaya
Le Pen, sebagaimana terjadi di Inggris saat keluar dari Uni Eropa (British
Exit/Brexit), dan juga terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika
Serikat (AS).
Mata uang Euro juga mengalami
kenaikan paling signifikan selama enam bulan terakhir jika dibandingkan dengan
dolar AS, setelah Macron mengalahkan Le Pen. Macron memperoleh 66% suara,
sementara Le Pen hanya mendapatkan kurang dari 34%. Meski Macron menang telak,
perolehan Le Pen, yang maju dari jalur Partai National Front, merupakan rekor
tertinggi bagi partai yang memperjuangkan kebijakan antiimigran di Paris.
Perolehan tersebut juga menjadi tugas berat bagi Macron untuk melakukan
rekonsiliasi nasional.
"Saya memahami perpecahan di negara ini, yang
membuat sebagian orang memilih untuk berada di pihak ekstrem. Saya menghormati
mereka," kata Macron dalam pidato penyataan kemenangannya.
Ia menambahkan, "Saya memahami kemarahan,
kekhawatiran, dan keraguan yang telah mereka nyatakan. Adalah tanggung jawab
saya untuk mendengarkan aspirasi mereka. Saya akan bekerja untuk menciptakan
kembali hubungan antara Eropa dan warganya."
Presiden Prancis yang akan segera turun, Francois
Hollade, mengatakan bahwa hasil tersebut menunjukkan bahwa mayoritas warga
masih ingin bersatu dalam nilai-nilai Republik dan Uni Eropa. [7]
Presiden Prancis
terpilih Emmanuel Macron tercatat sebagai presiden
termuda di dunia saat ini. Dia juga
bahkan termuda dalam sejarah Prancis karena dalam usianya yang baru 39 tahun,
dia akan resmi menjadi kepala negara. Macron menang dalam pemilu 7 Mei 2017
dengan 66,06 persen suara mengalahkan Marine Le Pen yang meraih 33,04 suara.
Pria
kelahiran 21 Desember 1977 belakangan ini juga ramai dibicarakan karena
dia menikah dengan wanita yang berprofesi sebagai guru,
Brigitte Trognieux, pada 2007. Brigitte
kini berusia 64 tahun dan sebelum dinikahi Macron, dia janda beranak tiga.
Macron akan dilantik 14 Mei 2017 di Istana Elysee. Dia menggantikan Presiden
Francois Hollande yang berusia 62 tahun dan juga seniornya dari Partai
Sosialis. [8]
[1] http://analisaforexsimpro.com/2017/04/17/pemilihan-umum-presiden-perancis-2017-dan-pengaruhnya-ke-eurusd/
[2] http://internasional.kompas.com/read/2017/05/08/06575471/macron.menangi.pilpres.jadi.presiden.termuda.perancis
[3] http://tommysyatriadi.blogspot.co.id/2013/05/sistem-politik-prancis.html
[4] http://indrasuti.blogspot.co.id/2014/06/sistem-politik-negara-prancis.html
[5] http://fellinkinanti-fisip10.web.unair.ac.id/artikel_detail-70911-Masyarakat%20Budaya%20Politik%20Eropa-Perancis.html
[6] http://www.pikiran-rakyat.com/luar-negeri/2017/05/08/kemenangan-emmanuel-macron-selamatkan-uni-eropa-400782
[7] http://mediaindonesia.com/news/read/103893/kemenangan-macron-melegakan-bagi-uni-eropa/2017-05-08
[8] http://www.pikiran-rakyat.com/luar-negeri/2017/05/08/kemenangan-emmanuel-macron-selamatkan-uni-eropa-400782